JawaPos.com – Geliat bisnis travel mulai cerah. Apalagi menjelang libur Natal dan tahun baru (Nataru) atau pergantian tahun. Kenaikannya diklaim mencapai dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun lalu. Ada beberapa faktor penyebab. Terutama berkaitan dengan kelonggaran aturan dalam melakukan perjalanan.
Pelaku usaha travel berharap, sampai akhir tahun nanti, tidak ada perubahan peraturan baru. Mereka merasakan angin segar dalam sebulan terakhir. Tepatnya saat syarat naik pesawat terbang cukup dengan swab antigen. Tidak lagi wajib swab PCR. Di samping itu, ada kelonggaran aturan di beberapa kota destinasi wisata. Terutama mengenai jam malam dan sebagainya. Wisatawan pun mulai berdatangan.
Ketua Asosiasi Tour and Travel Agent (Asita) Jatim Ahmad Al Jufri menyatakan, kemudahan syarat perjalanan berdampak besar pada dunia travel. Terutama penerapan tes swab antigen. Animo masyarakat untuk berlibur pada akhir tahun meningkat.
Tidak seperti akhir tahun lalu hingga pertengahan 2021, lanjutnya, penumpang pesawat wajib melampirkan hasil tes swab PCR. Tarif tes sudah cukup memberatkan, hampir sama dengan harga tiket pesawat untuk beberapa destinasi.
Selain itu, masa karantina dari luar negeri diperpendek hanya dua hari. Ditambah dengan syarat sudah vaksinasi dosis kedua.
Imbasnya, saat ini banyak yang pergi ke luar negeri. Bahkan, mereka berlibur dalam waktu yang lama. ”Ini terjadi mungkin karena sudah lama tidak bisa liburan. Apalagi sampai ke luar negeri,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, menjelang akhir tahun ini, geliat bisnis travel di Jatim bisa naik dua kali lipat dari tahun kemarin. Hal itu bisa dilihat dari beberapa faktor. Pemesanan dan tarif menginap di hotel sekarang mulai tinggi. Terlebih di lokasi tujuan wisata. Selain itu, jumlah penumpang pesawat mulai naik.
Meski pemerintah menghapus libur cuti bersama saat Nataru, animo masyarakat untuk berlibur sangat tinggi. Dampaknya, pemulihan bisnis travel bisa lebih cepat. Asalkan, akhir tahun nanti tidak ada pengetatan seperti tahun lalu.
Dia menuturkan, tren positif itu seharusnya terus dijaga. Apalagi, kegiatan meeting yang dulu biasanya keluar kota atau daerah sekarang hanya cukup dilakukan secara online. Jadi, perjalanan orang lebih banyak untuk wisata. ”Semoga geliat bisa kembali normal seperti sebelum pandemi,” tuturnya.
Editor : Dhimas Ginanjar
Reporter : omy/c14/ady
Saksikan video menarik berikut ini:
© PT Jawa Pos Grup Multimedia
